-->

Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Wahyu Hidayat Kritik Pengeritik Terhadap Program Gubernur Jabar Soal Pembinaan Anak : Mereka yang Dangkal dan Kaku

Kamis, 05 Juni 2025 | 07:26 WIB | 0 Last Updated 2025-06-16T09:55:24Z
Pendiri Gerakan Spirit Binokasih, Wahyu Hidayat, S.H. tanggapi kritik terhadap Gubernur Jawa Barat dalam pembinaan anak-anak (KabarKiri)


KabarKiri - Wahyu Hidayat, S.H. pendiri Gerakan Spirit Binokasih, menanggapi kritik terhadap program Gubernur Jawa Barat dalam pembinaan anak-anak. Menurutnya, tuduhan bahwa program ini dangkal, tidak menyentuh substansi, melanggar HAM dan sebagainya justru mencerminkan pola pikir kaku para pengkritik yang gagal melihat visi jangka panjang. 

“Mereka belum mampu membaca arah ke depan. Program ini menjadi viral dan mendorong setiap elemen masyarakat, termasuk keluarga, untuk bercermin dan mengoreksi peran masing-masing. Pemimpin itu kan Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tutwuri Handayani. Dan itu semua sedang diimplementasikan secara sat-set oleh pemprov Jabar. Jangan dinyinyirin dan dirusuhin melulu!” tegas Wahyu, Kamis (5/6).

Kritik KPAI, JPPI maupun praktisi yang menyoroti akar masalah disiplin dan kenakalan remaja. 

“Masalah ini seringkali berpangkal pada lingkungan keluarga, kondisi sosial ekonomi, kesehatan mental, atau minimnya kegiatan positif. Program KDM dangkal dan tidak menyentuh akar permasalahan. Alih-alih menyelesaikan persoalan, justeru hanya memindahkan permasalahan dari tanah publik menjadi privat! ” ujar Ubaid, merujuk pada data JPPI (2024) yang menyebut 65% kasus kenakalan remaja di Jawa Barat terkait faktor keluarga dan lingkungan.

JPPI menekankan pentingnya kebijakan berbasis data dan pendekatan holistik. Ubaid menyarankan pelibatan psikolog, sosiolog, orang tua, dan anak-anak dalam merumuskan solusi. 

“Tanpa pendekatan menyeluruh, kebijakan hanya akan menimbulkan masalah baru yang lebih kompleks,” tutupnya. 

Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Jabar 2024 menunjukkan, 30% remaja di wilayah urban kekurangan akses ke kegiatan ekstrakurikuler yang membangun karakter, memperparah risiko kenakalan.

Program Gubernur Jabar, meski menuai pro-kontra, telah memicu diskusi luas. Wahyu menilai, viral nya program ini adalah bukti kesadaran kolektif untuk memperbaiki pembinaan anak. 

Ia berpendapat, bahwa siapapun yang secara teoritik merasa lebih unggul seyogyanya tidak menjudge diawal dan melemahkan niatan mulia. 

Cukup dengan kata santun sehingga menjadi kesadaran kolektif untuk mengevaluasi, mengoreksi, memberi masukan dan melengkapi sehingga generasi emas memang dapat terwujud nantinya. 

Fakta membuktikan bahwa para Pengeritik itu selama ini hanya kuat di teori tapi lemah dieksekusi dan tetap tak bisa berbuat yang berarti untuk anak negeri. 

Wahyu sampaikan bahwa NATO (No Action Talk Only) itu memang mudah. Karenanya Wahyu mengajak semua pihak, dari pemerintah hingga masyarakat, untuk mendukung inisiatif yang mengedepankan kolaborasi dan solusi nyata.***
×
Berita Terbaru Update