![]() |
Bahlil Lahadalia mendatangi Raja Ampat guna mengevaluasi tambang nikel (Foto; Kementrian ESDM) |
KabarKiri - Menteri ESDM Bahlil Lahadalia baru-baru ini mengunjungi Raja Ampat, Papua Barat Daya, untuk mengevaluasi aktivitas tambang nikel yang menuai protes keras dari masyarakat dan aktivis lingkungan.
Dalam kunjungannya pada 7 Juni 2025, Bahlil menyimpulkan bahwa tidak ada pencemaran lingkungan akibat penambangan nikel, sebuah pernyataan yang memicu kemarahan banyak pihak.
Wahyu Hidayat, pendiri Spirit Binokasih, mengecam keras pernyataan Bahlil. Ia menyebut Raja Ampat sebagai "surga bumi" yang kini terancam oleh ekspansi tambang nikel.
"Raja Ampat bukan tanah kosong. Ini rumah bagi 75% spesies karang dunia dan lebih dari 2.500 spesies ikan. Penambangan nikel telah merusak lebih dari 500 hektare hutan dan memicu sedimentasi yang mengancam terumbu karang," ujar Wahyu.
Ia juga menolak narasi Bahlil yang menyebut isu ini dimanfaatkan pihak asing untuk menggagalkan hilirisasi nikel.
"Smelter justru memperkuat penambangan yang merusak alam. Ini bukan soal asing, tapi soal menjaga warisan bumi kita!" tegasnya.
Sejalan dengan Greenpeace Indonesia Wahyu mengatakan bahwa tambang nikel di pulau-pulau kecil seperti Gag, Kawe, dan Manuran melanggar UU No. 1/2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
Aktivitas ini menyebabkan deforestasi, kekeruhan air laut, dan ancaman terhadap pariwisata serta mata pencaharian masyarakat lokal yang bergantung pada laut.
Tagar #SaveRajaAmpat pun viral di media sosial, mencerminkan kemarahan publik terhadap ancaman ekologis di kawasan yang diakui sebagai geopark UNESCO.
Bahlil sebelumnya menghentikan sementara operasi PT GAG Nikel, anak perusahaan BUMN PT Antam Tbk, setelah protes keras dari publik. Namun, rencana pembangunan smelter nikel di Raja Ampat tetap menjadi sorotan.
Menteri LH Hanif Faisol Nurofiq juga berjanji meninjau aktivitas tambang dan tidak menutup kemungkinan langkah hukum.
"Kami sudah mapping, secepatnya ke sana," katanya pada 5 Juni 2025.
Wahyu Hidayat menegaskan, "Raja Ampat adalah harta karun dunia, bukan tambang untuk dieksploitasi. Kita tak boleh berdiam diri sebelum surga ini hilang selamanya."
Publik diajak terus menggaungkan #SaveRajaAmpat untuk menekan pemerintah agar menghentikan semua aktivitas tambang di kawasan konservasi ini.***
(WhY)