KabarKiri - Badan Pekerja Perwujudan Daerah Istimewa Riau (BPP DIR) kembali menggelar rapat terpumpun atau Focus Group Discussion (FGD) dengan tema Naskah Akademis Daerah Istimewa Riau pada Senin pagi, (18/8), di ruang rapat Balai Adat Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR).
FGD ini menghadirkan dua pemantik, yakni Rektor Universitas Lancang Kuning (Unilak) sekaligus Ketua Tim Naskah Akademis DIR, Prof. Dr. Junaidi, serta Ketua BPP DIR yang juga Ketua Umum Dewan Pimpinan Harian (DPH) LAMR, H. Taufik Ikram Jamil.
Melalui forum ini, BPP DIR menekankan pentingnya memperdalam kajian akademis terkait perwujudan Daerah Istimewa Riau, baik dari aspek historis, sosiologis, maupun yuridis.
Naskah akademis tersebut diharapkan menjadi landasan konseptual yang kuat dalam memperjuangkan pengakuan resmi status keistimewaan Riau.
Datuk Seri Taufik Ikram Jamil dalam sambutannya mengatakan bahwa wacana Daerah Istimewa Riau bukan hanya sekadar gagasan politik, melainkan pengakuan bangsa terhadap budaya Melayu Riau sebagai akar peradaban di negeri ini.
"Daerah Istimewa Riau adalah bentuk penghormatan bangsa terhadap tamadun Melayu Riau. Karena berbicara budaya, berarti kita juga membicarakan tentang kehidupan sosial, ekonomi, dan berbagai aspek yang terkait dengan masyarakat," ungkapnya.
Sementara itu, Ketua Tim Naskah Akademis DIR, Prof. Dr. Junaidi, menjelaskan bahwa pengajuan Daerah Istimewa Riau (DIR) sama sekali tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku di Indonesia.
Usulan ini berlandaskan kepada Pancasila sebagai dasar negara dan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai konstitusi tertinggi.
"Riau memiliki kontribusi besar dalam berbagai aspek, baik dari segi sosial, budaya, politik, maupun ekonomi, khususnya dalam menopang pembangunan nasional. Kekayaan adat Melayu Riau adalah bagian yang tidak terpisahkan dari jati diri Indonesia," ucap Prof. Junaidi.
Makna Daerah Istimewa Riau, Datuk Seri Taufik juga menekankan bahwa cita-cita ini sejalan dengan harapan masyarakat Riau yang mendambakan kemajuan dengan tetap berpijak pada nilai-nilai budaya.
"Kita ingin masyarakat Riau maju dalam segala bidang, tetapi tetap berpegang pada marwah Melayu. Itulah yang menjadi harapan bersama," kata Datuk Seri Taufik.
Acara diakhiri dengan penyerahan dukungan Daerah Istimewa Riau oleh FP2STI, yang dihadiri oleh berbagai tokoh, termasuk Ketum MKA LAMR, Datuk Seri H. R. Marjohan Yusuf, Datuk Dr. Elmustian, Fakhrunnas MA Jabar, Ketua Srikandi PP Riau Yuswita Usman, perwakilan FP2STI, Hima Komunikasi Univ. Abdurrab, dan Fatayat NU.
Dengan demikian, diharapkan kajian akademis ini dapat memperkuat argumentasi tentang urgensi Daerah Istimewa Riau dan menjadi langkah penting dalam memperjuangkan pengakuan resmi status keistimewaan Riau.
Kegiatan FGD ini diharapkan dapat menjadi langkah penting dalam memperjuangkan pengakuan resmi status keistimewaan Riau.
Dengan demikian, diharapkan masyarakat Riau dapat menikmati kemajuan dan kemakmuran yang berpijak pada nilai-nilai budaya Melayu.***
(FN)