Kementerian Agama (Kemenag) tengah mengintensifkan pengumpulan data dan menyusun strategi logistik agar seluruh jemaah dapat diberangkatkan dengan lancar.
"Kami menyusun berbagai skema mitigasi pergerakan jemaah, untuk memastikan seluruh jemaah terangkut ke Arafah. Jangan sampai ada yang tertinggal, tercecer, bahkan terabaikan," tegas Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah, Hilman Latief, saat memberikan keterangan pers di Makkah, Senin (2/6/2025).
Dalam konferensi pers tersebut, Hilman memaparkan bahwa terdapat tiga pola utama yang telah disiapkan untuk memobilisasi jemaah haji dari Makkah menuju Arafah, Muzdalifah, hingga Mina.
Tiga Skema Mobilisasi Jemaah:
1. Skema Reguler Dalam model ini, jemaah akan diberangkatkan dari Makkah ke Arafah untuk melaksanakan wukuf.
Setelah waktu Magrib, perjalanan berlanjut ke Muzdalifah untuk mabit. Usai tengah malam, rombongan bergerak menuju Mina dan bermalam hingga tanggal 12 atau 13 Zulhijjah.
"Ini (pergerakan reguler) akan diikuti sekitar 67 persen atau sekitar 136 ribu jemaah haji Indonesia," ungkap Hilman.
2. Skema Murur Pada skema ini, jemaah tetap melaksanakan wukuf di Arafah, lalu setelah Magrib langsung menuju Mina dengan hanya melintasi Muzdalifah tanpa turun dari kendaraan.
Kurang lebih 60 ribu jemaah atau 33 persen dari total kuota akan mengikuti skema ini.
3. Skema Tanazul Skema ini diperuntukkan bagi jemaah yang setelah menyelesaikan wukuf dan mabit di Muzdalifah, melakukan lontar jumrah pada 10 Zulhijjah, lalu kembali ke hotel mereka di wilayah Syisyah dan Raudhah tanpa kembali ke tenda Mina.
"Ketiga, Tanazul. Jemaah haji yang melakukan Tanazul adalah mereka yang akan melempar jumrah pada 10 Zulhijjah... tidak kembali lagi ke tenda Mina. Mereka adalah jemaah yang tinggal di hotel sekitar wilayah Syisyah dan Raudhah," jelas Hilman.
Sebanyak 37 ribu jemaah diperkirakan akan mengikuti pola ini, dan mereka akan kembali ke Jamarat untuk menyelesaikan lontar jumrah Ula, Wustha, dan Aqabah pada tanggal 11, 12, dan 13 Zulhijjah.
Upaya Penguraian Kepadatan
Skema Murur dan Tanazul dirancang sebagai respons atas kepadatan yang kerap terjadi di Muzdalifah dan Mina.
Menurut Hilman, penerapan dua skema ini telah melalui kajian menyeluruh dan dinyatakan tidak bertentangan dengan syariat.
Untuk jemaah yang masuk kategori lansia, disabilitas, atau memiliki penyakit penyerta, disiapkan skema Safari Wukuf Khusus.
Mereka akan didampingi oleh tenaga kesehatan, pembimbing ibadah, serta disediakan hotel transit demi kenyamanan dan kelancaran beribadah.
Tahapan Perjalanan Puncak Haji
Hilman juga menguraikan langkah-langkah perjalanan jemaah selama puncak haji.
"Pertama, dari Makkah ke Arafah. Pergerakan ini akan dilakukan dalam tiga trip," ujarnya.
Pada 9 Zulhijjah atau 5 Juni 2025, seluruh jemaah sudah harus berada di Arafah. Selepas wukuf, perjalanan dilanjutkan ke Muzdalifah yang dimulai pukul 19.00 WAS. Di sana, jemaah dengan skema reguler akan bermalam.
“Dari Muzdalifah ke Mina, jemaah haji akan dilayani bus dengan sistem taraddudi (bolak-balik)... hingga menjelang Subuh," tambahnya.
Setelah mabit di Mina, jemaah yang mengambil nafar awal dan nafar tsani akan diberangkatkan kembali ke Makkah secara bertahap, menyesuaikan kapasitas layanan dan kondisi lapangan.
Doa untuk Kelancaran Ibadah
Sebagai penutup, Hilman menyampaikan harapan dan doa kepada seluruh masyarakat Indonesia:
"Agar jemaah haji Indonesia diberikan kekuatan dan kemudahan dalam menuntaskan ibadahnya, dan pulang ke Tanah Air sebagai haji yang mabrur, yang manfaatnya terasa sepanjang umur, untuk diri, keluarga, dan bangsa," pungkasnya.***