![]() |
Serikat Buruh bersama Partai Buruh menggelar aksi di depan kantor PBB dengan membawa empat tuntutan (Dok. FSPMI) |
KabarKiri - Gelombang massa buruh kembali mengguncang Jakarta. Ratusan orang tumpah ruah di depan kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Jumat (20/6/2025), dalam sebuah aksi solidaritas penuh semangat. Mereka tidak hanya berorasi mereka menggugah nurani dunia.
"Hentikan Perang, Selamatkan Kemanusiaan!"
Itulah inti dari teriakan para demonstran yang mengepung kantor PBB. Aksi ini merupakan respons atas konflik Iran-Israel yang terus memburuk, mengancam stabilitas kawasan Timur Tengah dan memperparah krisis kemanusiaan.
Para pengunjuk rasa mendesak PBB agar "tidak tinggal diam", dan segera mengambil langkah konkret demi menghentikan kekerasan yang sudah menelan banyak korban jiwa.
Mereka menilai setiap hari berlalu adalah mimpi buruk baru bagi warga sipil yang tak berdosa.
Jalur Rafah Jadi Sorotan, Mesir Diminta Bertindak
Bukan hanya PBB yang menjadi sasaran tuntutan. Massa juga menyuarakan desakan kepada Pemerintah Mesir agar segera membuka Jalur Rafah, satu-satunya pintu masuk ke Gaza dari Mesir.
Pembukaan jalur ini dianggap sebagai kunci vital untuk memperlancar pengiriman bantuan kemanusiaan seperti makanan, obat-obatan, hingga kebutuhan dasar yang kini sangat langka di wilayah Gaza.
Said Iqbal Bicara Tegas: "Buruh Anti Perang!"
Tokoh buruh nasional sekaligus Presiden Partai Buruh, Said Iqbal, tampil lantang lewat sebuah video pendek yang viral di media sosial.
Ia menegaskan bahwa kaum buruh Indonesia berdiri tegak melawan perang.
"Partai Buruh, Serikat Buruh di Indonesia anti perang, kami menolak perang," ujar Said, penuh semangat.
Konflik Global, Dampaknya Lokal
Dalam orasinya, Said Iqbal menggambarkan bahwa perang bukan hanya tragedi geopolitik tetapi juga mimpi buruk bagi para pekerja di seluruh dunia.
Menurutnya, perang menciptakan PHK massal, menghancurkan ekonomi rakyat, dan menggulung masa depan buruh.
"Buruh bukan hanya bekerja. Buruh adalah manusia. Dan perang, seperti yang terjadi hari ini, telah mencabut kemanusiaan kita. Karena itu, kami tegaskan, buruh harus berdiri paling depan melawan perang!"
Empat Tuntutan, Satu Pesan Tegas
Aksi ini tidak hanya simbolis. Ada empat tuntutan utama yang disuarakan:
Damai Tanpa Insiden, Namun Sarat Makna
Dengan pengawalan ketat dari pihak kepolisian, aksi berjalan tertib dan damai. Tidak ada laporan insiden ataupun kericuhan. Namun gema pesan damai mereka menggetarkan langit ibu kota.
Para pengamat menyebut aksi ini sebagai salah satu mobilisasi terbesar tahun 2025, membawa pesan moral yang kuat: pekerja Indonesia peduli dan tidak akan berdiam diri melihat penderitaan saudara sesama manusia.
Solidaritas Tanpa Batas
Aksi ini menjadi simbol bahwa isu kemanusiaan global bukan hanya urusan elit diplomatik, melainkan juga tanggung jawab rakyat biasa. Kaum buruh membuktikan bahwa empati tidak mengenal batas negara.
Mereka berharap suara lantang dari Jakarta ini mampu menggugah hati para pemimpin dunia. Agar perdamaian bukan hanya wacana, melainkan tindakan nyata.***
"Hentikan Perang, Selamatkan Kemanusiaan!"
Itulah inti dari teriakan para demonstran yang mengepung kantor PBB. Aksi ini merupakan respons atas konflik Iran-Israel yang terus memburuk, mengancam stabilitas kawasan Timur Tengah dan memperparah krisis kemanusiaan.
Para pengunjuk rasa mendesak PBB agar "tidak tinggal diam", dan segera mengambil langkah konkret demi menghentikan kekerasan yang sudah menelan banyak korban jiwa.
Mereka menilai setiap hari berlalu adalah mimpi buruk baru bagi warga sipil yang tak berdosa.
Jalur Rafah Jadi Sorotan, Mesir Diminta Bertindak
Bukan hanya PBB yang menjadi sasaran tuntutan. Massa juga menyuarakan desakan kepada Pemerintah Mesir agar segera membuka Jalur Rafah, satu-satunya pintu masuk ke Gaza dari Mesir.
Pembukaan jalur ini dianggap sebagai kunci vital untuk memperlancar pengiriman bantuan kemanusiaan seperti makanan, obat-obatan, hingga kebutuhan dasar yang kini sangat langka di wilayah Gaza.
Said Iqbal Bicara Tegas: "Buruh Anti Perang!"
Tokoh buruh nasional sekaligus Presiden Partai Buruh, Said Iqbal, tampil lantang lewat sebuah video pendek yang viral di media sosial.
Ia menegaskan bahwa kaum buruh Indonesia berdiri tegak melawan perang.
"Partai Buruh, Serikat Buruh di Indonesia anti perang, kami menolak perang," ujar Said, penuh semangat.
Konflik Global, Dampaknya Lokal
Dalam orasinya, Said Iqbal menggambarkan bahwa perang bukan hanya tragedi geopolitik tetapi juga mimpi buruk bagi para pekerja di seluruh dunia.
Menurutnya, perang menciptakan PHK massal, menghancurkan ekonomi rakyat, dan menggulung masa depan buruh.
"Buruh bukan hanya bekerja. Buruh adalah manusia. Dan perang, seperti yang terjadi hari ini, telah mencabut kemanusiaan kita. Karena itu, kami tegaskan, buruh harus berdiri paling depan melawan perang!"
Empat Tuntutan, Satu Pesan Tegas
Aksi ini tidak hanya simbolis. Ada empat tuntutan utama yang disuarakan:
- Hentikan total perang Iran-Israel yang sudah memakan ribuan korban.
- Akhiri genosida di Gaza dan beri perlindungan kepada warga sipil Palestina.
- Desak sidang darurat Dewan Keamanan PBB, tanpa keterlibatan proksi dari negara besar seperti Amerika Serikat.
- Tekan Pemerintah Mesir agar membuka Jalur Rafah sebagai jalur penyelamat bantuan.
Damai Tanpa Insiden, Namun Sarat Makna
Dengan pengawalan ketat dari pihak kepolisian, aksi berjalan tertib dan damai. Tidak ada laporan insiden ataupun kericuhan. Namun gema pesan damai mereka menggetarkan langit ibu kota.
Para pengamat menyebut aksi ini sebagai salah satu mobilisasi terbesar tahun 2025, membawa pesan moral yang kuat: pekerja Indonesia peduli dan tidak akan berdiam diri melihat penderitaan saudara sesama manusia.
Solidaritas Tanpa Batas
Aksi ini menjadi simbol bahwa isu kemanusiaan global bukan hanya urusan elit diplomatik, melainkan juga tanggung jawab rakyat biasa. Kaum buruh membuktikan bahwa empati tidak mengenal batas negara.
Mereka berharap suara lantang dari Jakarta ini mampu menggugah hati para pemimpin dunia. Agar perdamaian bukan hanya wacana, melainkan tindakan nyata.***