-->

Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Dari Mesin ke Mimpi: Buruh Bangkit Menyuarakan Harapan di Hari Kebangkitan Nasional

Selasa, 20 Mei 2025 | 14:22 WIB | 0 Last Updated 2025-05-20T14:28:21Z

PURWAKARTA, KABARKIRI — Suara mesin pabrik tak pernah benar-benar hening, bahkan ketika langit memerah di Hari Kebangkitan Nasional.


Di tengah deru industri yang tiada henti, semangat para buruh justru menjadi nyala api perjuangan yang tak padam, menandai makna kebangkitan dalam versi mereka sendiri: bangkit dari ketidakadilan, bangkit untuk hidup yang lebih layak, Selasa (20/5).


Salah satu suara paling lantang hari itu datang dari Yuspianto, Ketua PUK SPAI FSPMI PT Indorama Polyester. 


Ia menekankan bahwa makna kebangkitan nasional harus kembali dimaknai dari akar rumput, dari mereka yang selama ini menopang ekonomi bangsa tanpa pernah benar-benar menjadi prioritas pembangunan.


“Hari ini, kita mengenang perjuangan tokoh-tokoh bangsa yang bangkit melawan penjajahan. Tapi hari ini juga kita harus sadar, bahwa bentuk penjajahan baru terus hadir dalam wajah eksploitasi buruh, ketidakadilan sistem kerja kontrak, dan minimnya perlindungan terhadap pekerja. Maka kebangkitan nasional bagi kami adalah kebangkitan buruh!” tegas Yuspianto di hadapan ratusan anggota serikat.


Lebih lanjut, ia menyampaikan bahwa perjuangan buruh bukan hanya soal upah, melainkan soal martabat. 


“Kami bukan mesin. Kami manusia yang punya mimpi, punya keluarga, dan punya hak untuk hidup layak,” tambahnya.


Yuspianto juga menyerukan agar pemerintah tidak hanya menjadikan Hari Kebangkitan Nasional sebagai seremoni tahunan, tetapi sebagai momen evaluasi menyeluruh terhadap kebijakan ketenagakerjaan.


Momen ini menjadi pengingat bahwa di tengah modernisasi dan globalisasi, suara buruh tetap menjadi denyut nadi kebangkitan bangsa.


Di tengah tekanan hidup dan tuntutan industri, mereka tidak tinggal diam. Mereka terus bergerak, berserikat, dan menyuarakan keadilan.


“Kami tidak ingin dijadikan korban dari pertumbuhan ekonomi yang timpang. Kami ingin menjadi bagian dari solusi, dari pembangunan. Tapi itu hanya bisa terjadi kalau hak-hak buruh dijunjung tinggi,” pungkas Yuspianto.


Ia tumbuh dan menyala dari ruang-ruang kerja, dari tangan-tangan kasar yang sehari-hari menggerakkan roda industri bangsa.***


(Red)

×
Berita Terbaru Update