Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

'Clear and Bright' Ala Beijing: Kontrol Gaya Hidup di Jagat Maya, Influencer Pamer Harta Jadi Sasaran

Kamis, 29 Mei 2025 | 18:19 WIB | 0 Last Updated 2025-05-29T11:20:07Z
Pemerintah Tiongkok intensif kampanye operasi penertiban ruang siber skala besar (AI/KabarKiri)


KabarKiri - Pemerintah Tiongkok dilaporkan semakin mengintensifkan kampanye "Clear and Bright" (Qinglang), sebuah operasi penertiban ruang siber berskala besar. 

Kali ini, sorotan tajam diarahkan pada para influencer media sosial yang kerap memamerkan kemewahan dan gaya hidup hedonistik. 


Langkah ini menjadi babak baru dalam upaya Beijing untuk mengendalikan narasi dan perilaku di dunia maya, sejalan dengan agenda politik "nilai-nilai sosialis inti" yang digaungkan.


Menyorot Akar Masalah: Antara Moralitas Publik dan Agenda Tersembunyi


Secara resmi, Cyberspace Administration of China (CAC) – badan regulator internet Tiongkok – menyatakan bahwa penargetan influencer pamer harta bertujuan untuk memerangi materialisme yang dianggap merusak moral generasi muda dan memperlebar jurang persepsi kesenjangan sosial. 


Kebijakan ini juga dikaitkan dengan slogan "kemakmuran bersama" yang dicanangkan Presiden Xi Jinping, sebagai upaya pemerataan ekonomi. 


Lebih jauh, konten pamer kekayaan dikhawatirkan dapat memicu keresahan sosial dan mengganggu stabilitas yang dijaga ketat oleh negara.


Namun, sejumlah pengamat kritis melihat adanya lapisan agenda lain di balik kampanye "moral" ini. Penertiban konten online dapat diinterpretasikan sebagai langkah represif untuk memperkuat kontrol negara atas setiap aspek kehidupan warga, termasuk ekspresi individu di platform digital. 


Pertanyaannya, apakah ini murni soal etika, atau ada upaya pembungkaman gaya hidup yang tidak sesuai dengan citra ideal yang diinginkan penguasa?


Mekanisme Penertiban dan Dampak yang Dirasakan


Implementasi kampanye "Clear and Bright" berjalan melalui instruksi ketat kepada platform-platform media sosial raksasa seperti Douyin (TikTok versi Tiongkok), Weibo, dan Xiaohongshu.


Mereka diwajibkan untuk secara aktif menyensor dan menghapus konten yang dianggap melanggar. 


Akibatnya, sejumlah influencer dengan basis pengikut masif mendapati akun mereka diblokir, bahkan "menghilang" dari peredaran. 


Media corong pemerintah pun tak ketinggalan memberitakan kasus-kasus ini, seolah memberi contoh konsekuensi bagi yang tidak patuh.


Di satu sisi, ada sebagian masyarakat yang mendukung langkah ini, berharap terciptanya lingkungan daring yang lebih "bersih". 


Namun, di sisi lain, kebijakan ini memicu kekhawatiran serius terkait penyempitan ruang kebebasan berekspresi. Bagi para influencer yang menggantungkan hidup dari kreasi konten, tindakan ini jelas merupakan pukulan ekonomi.


Lebih luas lagi, ini menjadi penanda semakin dalamnya cengkeraman negara dalam mengatur ranah privat warganya melalui teknologi.


Babak Baru Kontrol Informasi di Era Digital


Langkah terbaru dalam kampanye "Clear and Bright" ini mempertegas tren kontrol informasi dan pengawasan yang kian masif di Tiongkok. 


Sementara narasi resmi berfokus pada pembentukan masyarakat yang lebih baik, implikasi terhadap hak-hak digital dan kebebasan individu menjadi pertanyaan krusial yang belum terjawab tuntas.


Publik, khususnya di luar Tiongkok, patut mencermati bagaimana negara menggunakan dalih "moralitas" untuk melegitimasi kontrol yang lebih dalam atas ruang-ruang ekspresi warganya.***


(Riasto)

×
Berita Terbaru Update