KabarKiri – Cikarang, yang selama ini dibanggakan sebagai jantung industri nasional, mendadak menampilkan wajah kelamnya. Sebuah job fair di salah satu universitas di kota ini menjadi simbol miris betapa anak muda tak lagi bertarung untuk karier—mereka kini harus berjuang untuk sekadar mendapat kesempatan.
Antrean ribuan pelamar yang membeludak bahkan membuat beberapa orang tumbang. Udara panas dan sesak menjadi tantangan awal sebelum mereka bisa bicara soal interview.
"Iya, membeludak, tapi secara umum tertangani. Pagi sempat ada kepadatan, tapi secara umum tertangani dengan baik," kata Kapolres Metro Bekasi Kombes Mustofa, Selasa (27/5/2025).
Mimpi Anak Muda Diuji dengan Keringat dan Sesak Napas
Alih-alih menunjukkan kesiapan tenaga kerja muda Indonesia, acara ini justru membuka luka besar: lapangan kerja yang makin sempit di tengah gemerlap kawasan industri. 25 ribu pelamar kerja datang bukan dari planet lain, melainkan dari sekitar Cikarang dan Bekasi—daerah yang katanya penuh pabrik tapi miskin rekrutmen.
Beberapa pelamar bahkan harus dilarikan keluar arena karena pingsan.
"Beberapa pelamar ada yang pingsan lantaran kondisi padat," jelas Mustofa.
Cikarang: Mesin Produksi Global, Tapi Tak Menjamin Anak Muda Bisa Bekerja
Tak sedikit dari para pencari kerja adalah lulusan SMA, SMK, hingga sarjana yang menggantungkan harapan pada acara ini. Ironisnya, mereka mengantri di jantung kawasan industri yang saban hari mengekspor produk ke mancanegara, tapi tak mampu menyerap warganya sendiri.
Apakah kita sedang melihat Cikarang sebagai simbol dari sistem ekonomi yang gagal mendistribusikan hasil industrinya kepada masyarakat sekitar?
Job Fair Jadi Ajang Survival, Bukan Seleksi Karier
Daripada disebut bursa kerja, mungkin lebih cocok disebut arena eliminasi awal. Mereka yang kuat fisik bisa lanjut mengantre, yang lemah tumbang di tengah jalan. Padahal, negara ini selalu berkoar tentang bonus demografi dan “generasi emas” yang tinggal menghitung tahun.
Namun faktanya, generasi emas tampaknya harus disepuh dulu dengan keringat dan pingsan sebelum bisa mencicipi gaji pertama.
Pabrik Ada, Pekerjaan Tidak: Siapa yang Salah?
Pertanyaannya sederhana: mengapa daerah sekelas Cikarang—yang dikelilingi oleh kawasan industri raksasa seperti Jababeka, Delta Silicon, dan EJIP—tak mampu memberi ruang kerja yang layak bagi anak mudanya?
Apakah industri hanya hadir untuk menyerap tenaga outsourcing murah? Apakah investasi asing hanya berarti ekspor keuntungan, bukan ekspor kesejahteraan?
Acara job fair ini secara tidak langsung menjawab semua itu—dengan desahan napas panjang dari para pelamar yang harus berdesakan dan menahan lapar hanya demi menyerahkan CV.***(Red)