Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Perkuat Pangan Lokal, Bandung Gagas Gudang Cadangan dan Koperasi Tani Urban

Jumat, 11 Juli 2025 | 11:51 WIB | 0 Last Updated 2025-07-11T04:51:37Z
Ilustrasi petani yang sedang memanen cengek (Foto: Pemkot Bandung)

KabarKiri - Kota Bandung masih menghadapi tantangan serius dalam membangun sistem ketahanan pangan yang kuat dan berkelanjutan.


‎Hal ini diungkapkan Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Bandung, Gin Gin Ginanjar, dalam sebuah siaran kolaboratif Radio Sonata dan PR FM, Kamis, (10/7).

‎Gin Gin secara gamblang menyatakan bahwa saat ini Bandung belum sepenuhnya siap jika harus menghadapi kondisi darurat pangan, misalnya akibat bencana atau terganggunya rantai logistik.

‎“Kalau hari ini Bandung mengalami amit-amitnya bencana besar, saya katakan secara jujur, kita belum sanggup. Tapi upaya menuju ke sana terus kami lakukan,” ujar Gin Gin.

‎Sebagai langkah antisipasi, Pemkot Bandung sedang mengkaji pendirian Gudang Cadangan Pangan Pemerintah yang akan dilengkapi dengan kelembagaan yang jelas, sistem distribusi yang tertata, serta standar operasional penerima bantuan yang transparan. Tujuannya, untuk menjamin pasokan pangan di masa darurat.

‎Lebih jauh, Gin Gin menekankan pentingnya peran aktif masyarakat dalam membangun kemandirian pangan.

‎Ia mendorong warga untuk memanfaatkan pekarangan dan lahan tak terpakai melalui program Buruan SAE, yang sebelumnya terbukti sukses saat pandemi.

‎“Saya ingat betul, Covid itu justru menjadi berkah buat Buruan SAE. Ketika masyarakat tidak bisa ke luar rumah, mereka malah aktif bertanam. Hasilnya bisa dikonsumsi sendiri, bahkan waktu itu kita bantu warga yang sedang isolasi,” katanya.

‎Program Buruan SAE kini berkembang pesat. Tidak hanya fokus pada pemenuhan konsumsi rumah tangga, tetapi mulai membuka peluang ekonomi.

‎Gin Gin menyebut sejumlah kelompok tani perkotaan telah membentuk koperasi untuk memperkuat mata rantai pangan lokal, dari hulu hingga hilir.

‎“Dulu orang menanam itu kasarnya hanya iseng, anyang-anyangan. Tapi sekarang sudah jadi sesuatu yang menghasilkan. Bahkan ada yang sudah mulai jadi bisnis,” ungkapnya.

‎Meski demikian, sektor pangan juga masih dibayang-bayangi masalah klasik, yakni fluktuasi harga hasil pertanian.

‎Ketika biaya produksi tinggi dan harga jual jatuh, petani merugi. Gin Gin menilai pemerintah harus hadir dalam mengatur stabilitas harga, layaknya peran Bulog di masa lalu.

‎“Pemerintah harus hadir. Seperti dulu ada Bulog. Ketika harga jatuh, pemerintah beli. Saat harga naik, stok bisa dilepas untuk stabilisasi. Mekanisme seperti ini harus diperkuat kembali,” tegasnya.

‎Dalam diskusi itu, ia juga menggarisbawahi pentingnya perubahan perilaku konsumsi di rumah tangga.

‎Gin Gin mengajak warga untuk lebih bijak dalam berbelanja dan memasak, serta tidak menyia-nyiakan makanan.

‎“Kalau bicara ketahanan pangan, itu tidak hanya soal produksi, tapi juga soal konsumsi. Masak secukupnya, makan secukupnya. Jangan simpan terlalu lama sampai dibuang. Itu mubazir dan berdampak besar,” tuturnya.

‎Menutup perbincangan, Gin Gin menegaskan bahwa ketahanan pangan hanya bisa dicapai dengan kerja sama antara pemerintah dan masyarakat.

‎“Selama ada yang mau, bahkan semangat, insyaallah kita bantu. Tapi semangatnya harus dari masyarakat. Ini bukan kerja satu dinas, ini kerja bersama,” pungkasnya.***

×
Berita Terbaru Update