-->

Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Trump Dikhianati Israel, Krisis Hormuz Mengancam Indonesia

Rabu, 25 Juni 2025 | 13:22 WIB | 0 Last Updated 2025-06-25T07:57:45Z
Unggahan Presiden Donald Trum di akun Instagram pribadi nya @realdonaldtrump


KabarKiri - Presiden AS Donald Trump tengah dilanda frustrasi akibat ulah Israel yang melanggar gencatan senjata yang telah diumumkannya pada 23 Juni 2025. 

Dalam unggahannya di Truth Social, Trump menyebut kesepakatan itu sebagai “akhir resmi” dari “Perang 12 Hari” antara Israel dan Iran. Namun, hanya dua jam setelah gencatan senjata berlaku, Israel menuduh Iran meluncurkan rudal, tuduhan yang dibantah Teheran. 

Trump bahkan memperingatkan Israel dengan tegas, “JANGAN MELANGGARNYA!”.

Wakil Presiden AS J.D. Vance mendukung penuh pernyataan Trump, menegaskan bahwa AS ingin stabilitas di Timur Tengah, bukan eskalasi konflik. 

Ironisnya, sebelum pelanggaran ini, Trump sempat berterima kasih kepada Iran. Setelah AS membom tiga fasilitas nuklir Iran, Fordo, Natanz, dan Isfahan. Iran memberi peringatan dini sebelum menyerang Pangkalan Udara Al Udeid di Qatar, memungkinkan evakuasi tanpa korban jiwa.

Trump menyebut serangan Iran sebagai “respons lemah” dan menganggapnya tanda niat damai. Namun, Israel seolah “melempar kotoran ke wajah Trump,” kata Wahyu Hidayat, pendiri Spirit Binokasih. 

Ia menuding Israel juga terus memasang “perangkap maut” dengan kedok bantuan kemanusiaan, menembaki warga sipil Palestina yang kelaparan di Gaza dan memperburuk krisis kemanusiaan. 

Di dalam negeri, Trump menghadapi tekanan politik. Kalangan MAGA seperti Tucker Carlson menentang keterlibatan AS dalam konflik ini, menyebutnya pengkhianatan terhadap janji “America First”. 

Sementara itu, Iran mengancam menutup Selat Hormuz, jalur vital 20% pasokan minyak dunia. Penutupan ini bisa melonjakkan harga minyak global, memukul ekonomi Indonesia yang bergantung pada impor energi. 

Indonesia, sebagai anggota Gerakan Non Blok mengecam agresi Israel dan mendesak de-eskalasi, namun perlu bersiap menghadapi dampak ekonomi seperti inflasi dan krisis energi. 

Jawa Barat, sebagai jantung ekonomi Indonesia, harus bersiap. Wahyu Hidayat berharap Pemerintah pusat dan daerah dapat segera melakukan langkah antisipatif Masyarakat Jawa Barat harus bersiap. 

Mulai dari berhemat, mengurangi ketergantungan pada bahan bakar, hingga mendukung produk lokal untuk mengurangi dampak impor. 

Pemerintah daerah juga harus membuka saluran komunikasi dengan pelaku industri untuk memitigasi risiko PHK. Krisis ini adalah ujian ketahanan kita. 

Jika tidak disikapi serius, Jawa Barat bisa terjebak dalam badai ekonomi. Krisis ini mengingatkan bahwa ketangguhan lokal adalah kunci menghadapi badai global.***


(WhY)

×
Berita Terbaru Update